Jumat, 19 Mei 2017

TERAPI REALITAS



I.     PENDAHULUAN
Terapi realitas bertumpu pada ide sentral bahwa kita memilih sendiri perilaku kita dan oleh karenanya bertanggung jawab tidak hanya atas apa yang kita lakukan tetapi juga atas bagaimana kita berpikir dan merasakan. Falsafah dasar dari terapi realitas juga dimiliki oleh pendekatan eksistensial dan terapi rasional-emotif. Arah sasaran umum dari sitem terapeutiknya adalah menyediakan suatu kondisi yang akan menolong klien untuk bisa mengembangkan kekuatan psikologis untuk mengevaluasi perilakunya sekarang dan, apabila tidak memenuhi apa yang dibutuhkan, untuk bisa mendapatkan perilaku yang lebih efektif. Proses belajar berperilaku efektif ini mendapatkan fasilitas dengan diaplikasikannya prinsip dasar dari terapi realitas, yang diantaranya mencakup lingkungan konseling yang hangat, bisa menerima serta berbagai prosedur konseling.
Terapi realitas adalah sebuah metode konseling dan psikoterapi perilaku kognitif yang sangat berfokus dan interaktif, dan merupakan salah satu yang telah diterapkan dengan sukses dalam berbagai lingkup.
Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapis ini berfungsi sebagai guru dan model serta mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan  dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti terapi realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi yang dipersamakan dengan kesehatan mental. Glasser mengembangkan terapi realitas dari keyakinannya bahwa psikiatri konvensional sebagian besar berlandaskan asumsi-asumsi yang keliru. Terapi realitas, yang menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang dalam mencapai suatu “identitas keberhasilan”, dapat diterapkan pada psikoterapi, konseling, pengajaran, kerja kelompok, konseling perkawinan, dan perkembangan masyarakat.

II.  RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana biografi William Glasser?
B.     Apa saja teori dan konsep dasar  dalam teori realitas?
C.     Apakah  ciri-ciri dari terapi realitas?
D.    Apa tujuan dari terapi realitas?
E.     Bagaimana fungsi dan peranan bagi terapis?
F.       Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari terapi realitas?
G.    Bagaimanakah teknik dan prosedur terapi realitas?
III.   PEMBAHASAN
A.    Biografi William Glasser
William Glasser lahir tahun 1925 mendapatkan pendidikannya di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada tahun  1953. Dia menjadi insinyur kimia pada usia 19 tahun dan dokter pada usia 25 tahun. Ia kemudian mengikuti latihan psikiatri pada Veterans Administration Center (Pusat Administrasi Veteran) di Los Angeles Barat pada tahun 1957, dan menggondol sertifikat pada tahun 1961. Selama masa latihannya dia makin menjadi sadar bahwa ada perbedaan besar antara apa yang diajarkan kepadanya untuk dilakukan (mengikuti model Freud) dengan yang olehnya diperkirakan bisa dikerjakan. Perbedaannya terpusat pada dua titik penting : (1) daripada sikap menjauhkan diri dan terpisah, dia berpendapat bahwa hasil akhir yang baik nampaknya akan bisa dicapai dengan keterlibatan yang hangat didasari oleh minat pribadi dan suatu pengungkapan diri dan (2) dari pada menjadi korban dari impulsnya sendiri atau yang berasal dari luar dirinya, menurut pendapatnya yang sebenarnya terjadi adalah bahwa klien nampaknya memilih apa yang mereka lakukan untuk kehidupannya; mereka tidak pernah menjadi korban seumur hidup kecuali memang ia memilih untuk menjadi seperti itu. Glasser enggan untuk mengutarakan ketidakpuasannya terhadap teori psikoanalitik sampai dia berjumpa dengan G.L. Harrington, yang dianggapnya memberikan andilnya yang besar dengan memberikan sumbangannya atas terciptanya ide-ide yang dibuatnya.
Pada tahun 1956 Glasser menjabat sebagi psikiatris pembimbing pada Sekolah Puteri di Ventura, sebuah sekolah untuk perawatan anak nakal milik negara bagian California. Pengalaman ini lebih menebalkan lagi keyakinannya berapa tek nik dan konsep psikoaalitik itu tidak banyak manfaatnya, oleh karenanya ia mulai mengembangkan dan bereksperimen dengan pendekatan terapeutik yang berbeda, yang pada banyak seginya sangat berlawanan dengan psikoanalisis gaya Freud. Pada tahun 1961 Glasser menerbitkan bukunya yang pertama, Mental Health or Mental ilness? (Kesehatan Mentsl atau Sakitnya Mental?) yang memberi landasan pada terapi realitas.




B.     Konsep Dasar Terapi Realitas
Teori yang mendasari terapi realitas, disebut “teori pilihan”. Teori pilihan merupakan salah satu teori yang menjelaskan tidak hanya kirta berfungsi sebagai individu, secara psikologis dan fisiologis namun juga bagaimana kita berfungsi sebagai kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam teori pilihan menegaskan bahwa pengendalian mengacu pada perasaan ‘control batin’ seseorang dan bahwa kebanyakan perilaku kita termotivasi secara internal.
Karena pada dasarnya motivasi dan perilaku manusia dihasilkan atau dipilih sebagai upaya untuk memenuhi satu atau lebih dari lima kebutuhan universal. Dari sini kita dapat merumuskan lima prinsip utama teori pilihan, antara lain:[1]
1.    Kebutuhan-kebutuhan dasar kita, karena motivasi dan perilaku manusia dirancang untuk memenuhi satu atau lebih dari lima kebutuhan dasar yang dibangun dalam susunan genetis kita yaitu : kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, kebutuhan untuk merasa mampu dan berprestasi, kebutuhan untuk memperoleh kesenangan, kebutuhan untuk memperoleh kebebasan dan kemandirian, kebutuhan untuk hidup.
2.    Dunia berkualitas, kita bangun dengan cara mengisinya dengan gambar-gambar, simbol-simbol orang, tempat, benda, keyakinan, ide, nilai yang penting atau spesial dan memiliki kualitas untuk kita. Yang dimaksudkan disini adalah berisi keinginan-keinginan atau hasrat-hasrat spesifik dan unik mengenai bagaimana kita sangat ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita.
3.    Frustasi
4.    Perilaku total
5.    Persepsi dan realitas terkini, bagaimana orang-orang mempersepsikan diri, tentu saja membentuk realitas mereka mengenal dunia dan diri mereka pada titik tertentu. Memahami persepsi klien mengenai realitas terkini dan mebantunya mengevaluasi kembali persepsi tersebut dipahami oleh terapis realitas sebagai aspek yang sangat penting dalam proses konseling.

C.     Ciri-ciri Terapi Realitas
Dalam menentukan terapi realitas, sekurang-kurangnya ada delapan ciri untuk menentukan, yaitu:
1.      Terapi realitas menolak konsep ten tang penyakit mental. Ia berasumsi bahwa bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari ketidakbertanggungjawaban.
2.      Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada perasaan-perasaan dan sikap-sikap. Meskipun tidak menganggap perasaan-perasaan dan sikap-sikap itu tidak penting, tetapi realitas menekankan kesadaran atas tingkah-laku sekarang. Terapi realitas juga tidak bergantung pada pemahaman untuk mengubah sikap-sikap, tetapi menekankan bahwa perubahan sikap mengikuti perubahan tingkah laku.
3.      Terapi realitas berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau. Karena masa lampau seseorang itu telah tetap dan tidak bisa diubah, maka yang bisa diubah hanyalah saat sekarang dan masa yang akan datang.
4.      Terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Ia menempatkan pokok kepentingan pada peran klien dalam menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yang membantu kegagalan yang dialaminya. Jika klien menjadi sadar bahwa mereka tidak akan memperoleh apa yang mereka inginkan dan bahwa tingkah laku mereka merusak diri, maka ada kemungkinan yang nyata untuk terjadinya perubahan positif, semata-mata karena mereka menetapkan bahwa alternatif-alternatif bisa lebih baik daripada gaya mereka sekarang yang tidak realistis.
5.      Terapi realitas tidak menekankan transferensi. Ia tidak memandang konsep tradisional tentang transferensi sebagai hal yang penting. Ia memandang transferensi sebagai suatu cara bagi terapis untuk tetap bersembunyi sebagai pribadi. Terapi realitas mengimbau agar para terapis menempuh cara beradanya yang sejati, tyakni bahwa mereka menjadi diri sendiri, tidak memainkan peran sebaga ayah atau ibu klien.
6.      Terapi realitas menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek-aspek ketidaksadaran. Terapi realitas menekankan kekeliruan yang dilakukan oleh klien, bagaimana tingkah laku klien sekarang hingga dia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, dan bagaimana dia bisa terlihat dalam suatu rencana bagi tingkah laku yang berhasil berlandaskan tingkah laku yang bertanggung jawab dan realistis.
7.      Glasser mengingatkan bahwa pemberian hukuman guna mengubah tingkah laku tidak efektif dan bahwa hukuman untuk kegagalan melaksanakan rencana-rencana mengakibatkan perkuatan identitas kegagalan pada klien dan perusakan hubungan terapeutik. Glasser menganjurkan untuk membiarkan klien mengalami konsekuensi-konsekuensi yang wajar dari tingkah lakunya.
8.      Terapi realitas menekankan tanggung jawab, yang oleh Glasser didefinisikan sebagai “kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka”.

D.    Tujuan Terapi Realitas
Tujuan umum terapi realitas adalah membantu seseorang untuk mencapai otonomi. Pada dasarnya, otonomi adalah kematangan yang diperlukan bagi kemampuan seseorang untuk mengganti dukungan lingkungan dengan dukungan internal. Kematangan ini menyiratkan bahwa orang-orang mampu bertanggung jawab atas siapa mereka dan ingin menjadi apa mereka serta mengembangkan rencana-rencana yang bertanggung jawab dan realistis guna mencapai tujuan-tujuan mereka. Terapi realitas membantu orang-orang dalam menentukan dan memperjelas tujuan-tujuan mereka. Selanjutnya, ia membantu mereka dalam menjelaskan cara-cara mereka menghambat kemajuan ke arah tujuan-tujuan yang ditentukan oleh mereka sendiri.

E.     Fungsi dan Peranan Terapis
Tugas dasar terapis adalah melibatkan diri dengan klien dan membuatnya menghadapi kenyataan. Glasser (1965) merasa bahwa, ketika terapis menghadapi para klien, dia memaksa mereka itu untuk memutuskan apakah mereka akan atau tidak akan menempuh “jalan yang bertanggung jawab”. Terapis tidak membuat pertimbangan-pertimbangan nilai dan putusan-putusan bagi para klien, sebab tindakan demikian akan menyingkirkan tanggung jawab yang mereka miliki. Tugas terapis adalah bertindak sebagai pembimbing yang membantu klien agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri.
Konselor juga mengajar klien bagaimana caranya mereka bisa menciptakan identitas sukses dengan jalan mengenali dan menerima tanggung jawab atas pilihan perilaku mereka sendiri (Glasser, 1986c). Peranan ini menuntut konselor untuk melakukan beberapa fungsi :
1.    Menyediakan sebuah model dari perilaku bertanggung jawab dan model dari hidup yang didasarkan pada identitas sukses
2.    Menciptakan iklim saling mempercayai yang didasarkan pada saling memperdulikan dan respek
3.    Memfokuskan pada kekuatan dan potensi individual yang bisa membawa ke sukses
4.    Secara aktif mempromosikan diskusi tentang perilaku klien sekarang dan tidak membiarkan dalih-dalih mengapa sampai dilakukan perilaku tidak bertanggung jawab dan tidak efektif
5.    Memperkenalkan dan mendorong proses evaluasi secara realistis keinginan yang bisa dipenuhi
6.    Mengajar klien memformulasikan dan melaksanakan rencana untuk mengubah perilaku mereka
7.    Menegakkan struktur dan batas-batas suatu sesi
8.    Menolong klien menemukan jalan untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka dan menolak untuk menyerah begitu saja, bahkan pada saat klien menjadi kehilangan semangat[2]

F.      Kelebihan dan Kekurangan dari Terapi Realitas
1.      Kelebihan
a.       Jangka waktu terapi relatif pendek
b.      Klien diharuskan dapat mengevaluasi tingkah lakunya sendiri
c.       Pemahaman dan kesadaran tidak cukup, tetapi klien ditunutut untuk melakukan tindakan atas komitmen yang telah ia buat

2.      Kekurangan
a.       Tidak memperhatikan dinamika alam bawah sadar manusia
b.      Di satu sisi terapi ini juga memandang peristiwa masa lalu sebagai penyebab dari peristiwa sekarang

G.    Teknik dan Prosedur Terapi Realitas
Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Prosedur-prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi klien yang dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam hidup. Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:
1.      Terlibat dalam permainan peran dengan klien
2.      Menggunakan humor
3.      Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun
4.      Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan
5.      Bertindak sebagai model dan guru
6.      Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi
7.      Menggunakan “terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis
8.      Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif
Contoh penerapan : Terapi realitas memiliki implikasi-implikasi langsung bagi situasi-situasi sekolah; Mawar (bukan nama yang sebenarnya) adalah seorang siswa SMA swasta di Jogja kelas 3 yang sebentar lagi akan menghadapi UN. Seperti siswa pada umumnya, Mawar pun menginginkan lulus dengan nilai terbaik dan diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Namun perilaku Mawar tidak menunjukkan adanya usaha untuk meraih itu semua. Ia pun sering mengikuti les yang diadakan disekolahnya dan sering keluar pada jam mata pelajaran ketika seorang guru BK menanyai persiapannya untuk menghadapi UN tidak perlu persiapan, asalkan kita punya relasi dengan siswa lain. Dengan relasi ini kita bisa saling bertukar jawaban.  



[1]Stephen Palmer, Konseling dan Psikoterapi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal 525
[2]Gerald Corey, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi, California: Pacific Grove, hal 529

Tidak ada komentar:

Posting Komentar