I.
PENDAHULUAN
Terapi realitas bertumpu pada ide sentral bahwa kita memilih
sendiri perilaku kita dan oleh karenanya bertanggung jawab tidak hanya atas apa
yang kita lakukan tetapi juga atas bagaimana kita berpikir dan merasakan.
Falsafah dasar dari terapi realitas juga dimiliki oleh pendekatan eksistensial
dan terapi rasional-emotif. Arah sasaran umum dari sitem terapeutiknya adalah
menyediakan suatu kondisi yang akan menolong klien untuk bisa mengembangkan
kekuatan psikologis untuk mengevaluasi perilakunya sekarang dan, apabila tidak
memenuhi apa yang dibutuhkan, untuk bisa mendapatkan perilaku yang lebih
efektif. Proses belajar berperilaku efektif ini mendapatkan fasilitas dengan
diaplikasikannya prinsip dasar dari terapi realitas, yang diantaranya mencakup
lingkungan konseling yang hangat, bisa menerima serta berbagai prosedur
konseling.
Terapi realitas adalah sebuah metode konseling dan psikoterapi
perilaku kognitif yang sangat berfokus dan interaktif, dan merupakan salah satu
yang telah diterapkan dengan sukses dalam berbagai lingkup.
Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah
laku sekarang. Terapis ini berfungsi sebagai guru dan model serta
mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien menghadapi
kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti terapi
realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi yang dipersamakan dengan
kesehatan mental. Glasser mengembangkan terapi realitas dari keyakinannya bahwa
psikiatri konvensional sebagian besar berlandaskan asumsi-asumsi yang keliru.
Terapi realitas, yang menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang
dirancang untuk membantu orang-orang dalam mencapai suatu “identitas
keberhasilan”, dapat diterapkan pada psikoterapi, konseling, pengajaran, kerja
kelompok, konseling perkawinan, dan perkembangan masyarakat.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana biografi William Glasser?
B.
Apa saja teori dan konsep dasar dalam teori realitas?
C.
Apakah ciri-ciri dari terapi
realitas?
D.
Apa tujuan dari terapi realitas?
E.
Bagaimana fungsi dan peranan bagi terapis?
F.
Bagaimana kelebihan dan
kekurangan dari terapi realitas?
G.
Bagaimanakah teknik dan prosedur terapi realitas?
III.
PEMBAHASAN
A.
Biografi William Glasser
William Glasser lahir tahun 1925 mendapatkan pendidikannya di
Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University
pada tahun 1953. Dia menjadi insinyur
kimia pada usia 19 tahun dan dokter pada usia 25 tahun. Ia kemudian mengikuti
latihan psikiatri pada Veterans Administration Center (Pusat Administrasi
Veteran) di Los Angeles Barat pada tahun 1957, dan menggondol sertifikat pada
tahun 1961. Selama masa latihannya dia makin menjadi sadar bahwa ada perbedaan
besar antara apa yang diajarkan kepadanya untuk dilakukan (mengikuti model
Freud) dengan yang olehnya diperkirakan bisa dikerjakan. Perbedaannya terpusat
pada dua titik penting : (1) daripada sikap menjauhkan diri dan terpisah, dia
berpendapat bahwa hasil akhir yang baik nampaknya akan bisa dicapai dengan
keterlibatan yang hangat didasari oleh minat pribadi dan suatu pengungkapan
diri dan (2) dari pada menjadi korban dari impulsnya sendiri atau yang berasal
dari luar dirinya, menurut pendapatnya yang sebenarnya terjadi adalah bahwa
klien nampaknya memilih apa yang mereka lakukan untuk kehidupannya; mereka
tidak pernah menjadi korban seumur hidup kecuali memang ia memilih untuk
menjadi seperti itu. Glasser enggan untuk mengutarakan ketidakpuasannya
terhadap teori psikoanalitik sampai dia berjumpa dengan G.L. Harrington, yang dianggapnya
memberikan andilnya yang besar dengan memberikan sumbangannya atas terciptanya
ide-ide yang dibuatnya.
Pada tahun 1956 Glasser menjabat sebagi psikiatris pembimbing pada
Sekolah Puteri di Ventura, sebuah sekolah untuk perawatan anak nakal milik negara
bagian California. Pengalaman ini lebih menebalkan lagi keyakinannya berapa tek
nik dan konsep psikoaalitik itu tidak banyak manfaatnya, oleh karenanya ia
mulai mengembangkan dan bereksperimen dengan pendekatan terapeutik yang
berbeda, yang pada banyak seginya sangat berlawanan dengan psikoanalisis gaya
Freud. Pada tahun 1961 Glasser menerbitkan bukunya yang pertama, Mental Health
or Mental ilness? (Kesehatan Mentsl atau Sakitnya Mental?) yang memberi
landasan pada terapi realitas.
B.
Konsep Dasar Terapi Realitas
Teori yang mendasari terapi realitas, disebut “teori pilihan”.
Teori pilihan merupakan salah satu teori yang menjelaskan tidak hanya kirta
berfungsi sebagai individu, secara psikologis dan fisiologis namun juga
bagaimana kita berfungsi sebagai kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam teori
pilihan menegaskan bahwa pengendalian mengacu pada perasaan ‘control batin’
seseorang dan bahwa kebanyakan perilaku kita termotivasi secara internal.
Karena pada dasarnya motivasi dan perilaku manusia dihasilkan atau
dipilih sebagai upaya untuk memenuhi satu atau lebih dari lima kebutuhan
universal. Dari sini kita dapat merumuskan lima prinsip utama teori pilihan,
antara lain:[1]
1.
Kebutuhan-kebutuhan dasar kita, karena motivasi dan perilaku
manusia dirancang untuk memenuhi satu atau lebih dari lima kebutuhan dasar yang
dibangun dalam susunan genetis kita yaitu : kebutuhan untuk mencintai dan
dicintai, kebutuhan untuk merasa mampu dan berprestasi, kebutuhan untuk
memperoleh kesenangan, kebutuhan untuk memperoleh kebebasan dan kemandirian,
kebutuhan untuk hidup.
2.
Dunia berkualitas, kita bangun dengan cara mengisinya dengan
gambar-gambar, simbol-simbol orang, tempat, benda, keyakinan, ide, nilai yang
penting atau spesial dan memiliki kualitas untuk kita. Yang dimaksudkan disini
adalah berisi keinginan-keinginan atau hasrat-hasrat spesifik dan unik mengenai
bagaimana kita sangat ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita.
3.
Frustasi
4.
Perilaku total
5.
Persepsi dan realitas terkini, bagaimana orang-orang mempersepsikan
diri, tentu saja membentuk realitas mereka mengenal dunia dan diri mereka pada
titik tertentu. Memahami persepsi klien mengenai realitas terkini dan
mebantunya mengevaluasi kembali persepsi tersebut dipahami oleh terapis
realitas sebagai aspek yang sangat penting dalam proses konseling.
C.
Ciri-ciri Terapi Realitas
Dalam
menentukan terapi realitas, sekurang-kurangnya ada delapan ciri untuk
menentukan, yaitu:
1.
Terapi realitas menolak konsep ten tang penyakit mental. Ia
berasumsi bahwa bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat
dari ketidakbertanggungjawaban.
2.
Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada
perasaan-perasaan dan sikap-sikap. Meskipun tidak menganggap perasaan-perasaan
dan sikap-sikap itu tidak penting, tetapi realitas menekankan kesadaran atas
tingkah-laku sekarang. Terapi realitas juga tidak bergantung pada pemahaman
untuk mengubah sikap-sikap, tetapi menekankan bahwa perubahan sikap mengikuti
perubahan tingkah laku.
3.
Terapi realitas berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa
lampau. Karena masa lampau seseorang itu telah tetap dan tidak bisa diubah,
maka yang bisa diubah hanyalah saat sekarang dan masa yang akan datang.
4.
Terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Ia
menempatkan pokok kepentingan pada peran klien dalam menilai kualitas tingkah
lakunya sendiri dalam menentukan apa yang membantu kegagalan yang dialaminya.
Jika klien menjadi sadar bahwa mereka tidak akan memperoleh apa yang mereka
inginkan dan bahwa tingkah laku mereka merusak diri, maka ada kemungkinan yang
nyata untuk terjadinya perubahan positif, semata-mata karena mereka menetapkan
bahwa alternatif-alternatif bisa lebih baik daripada gaya mereka sekarang yang
tidak realistis.
5.
Terapi realitas tidak menekankan transferensi. Ia tidak memandang
konsep tradisional tentang transferensi sebagai hal yang penting. Ia memandang
transferensi sebagai suatu cara bagi terapis untuk tetap bersembunyi sebagai
pribadi. Terapi realitas mengimbau agar para terapis menempuh cara beradanya
yang sejati, tyakni bahwa mereka menjadi diri sendiri, tidak memainkan peran
sebaga ayah atau ibu klien.
6.
Terapi realitas menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek-aspek
ketidaksadaran. Terapi realitas menekankan kekeliruan yang dilakukan oleh
klien, bagaimana tingkah laku klien sekarang hingga dia tidak mendapatkan apa
yang diinginkannya, dan bagaimana dia bisa terlihat dalam suatu rencana bagi
tingkah laku yang berhasil berlandaskan tingkah laku yang bertanggung jawab dan
realistis.
7.
Glasser mengingatkan bahwa pemberian hukuman guna mengubah tingkah
laku tidak efektif dan bahwa hukuman untuk kegagalan melaksanakan
rencana-rencana mengakibatkan perkuatan identitas kegagalan pada klien dan perusakan
hubungan terapeutik. Glasser menganjurkan untuk membiarkan klien mengalami
konsekuensi-konsekuensi yang wajar dari tingkah lakunya.
8.
Terapi realitas menekankan tanggung jawab, yang oleh Glasser
didefinisikan sebagai “kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sendiri dan
melakukannya dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka”.
D.
Tujuan Terapi Realitas
Tujuan umum terapi realitas adalah membantu seseorang untuk
mencapai otonomi. Pada dasarnya, otonomi adalah kematangan yang diperlukan bagi
kemampuan seseorang untuk mengganti dukungan lingkungan dengan dukungan
internal. Kematangan ini menyiratkan bahwa orang-orang mampu bertanggung jawab
atas siapa mereka dan ingin menjadi apa mereka serta mengembangkan
rencana-rencana yang bertanggung jawab dan realistis guna mencapai
tujuan-tujuan mereka. Terapi realitas membantu orang-orang dalam menentukan dan
memperjelas tujuan-tujuan mereka. Selanjutnya, ia membantu mereka dalam
menjelaskan cara-cara mereka menghambat kemajuan ke arah tujuan-tujuan yang
ditentukan oleh mereka sendiri.
E.
Fungsi dan Peranan Terapis
Tugas dasar terapis adalah melibatkan diri dengan klien dan
membuatnya menghadapi kenyataan. Glasser (1965) merasa bahwa, ketika terapis
menghadapi para klien, dia memaksa mereka itu untuk memutuskan apakah mereka
akan atau tidak akan menempuh “jalan yang bertanggung jawab”. Terapis tidak
membuat pertimbangan-pertimbangan nilai dan putusan-putusan bagi para klien,
sebab tindakan demikian akan menyingkirkan tanggung jawab yang mereka miliki.
Tugas terapis adalah bertindak sebagai pembimbing yang membantu klien agar bisa
menilai tingkah lakunya sendiri.
Konselor juga mengajar klien bagaimana caranya mereka bisa
menciptakan identitas sukses dengan jalan mengenali dan menerima tanggung jawab
atas pilihan perilaku mereka sendiri (Glasser, 1986c). Peranan ini menuntut
konselor untuk melakukan beberapa fungsi :
1.
Menyediakan sebuah model dari perilaku bertanggung jawab dan model
dari hidup yang didasarkan pada identitas sukses
2.
Menciptakan iklim saling mempercayai yang didasarkan pada saling
memperdulikan dan respek
3.
Memfokuskan pada kekuatan dan potensi individual yang bisa membawa
ke sukses
4.
Secara aktif mempromosikan diskusi tentang perilaku klien sekarang
dan tidak membiarkan dalih-dalih mengapa sampai dilakukan perilaku tidak
bertanggung jawab dan tidak efektif
5.
Memperkenalkan dan mendorong proses evaluasi secara realistis
keinginan yang bisa dipenuhi
6.
Mengajar klien memformulasikan dan melaksanakan rencana untuk
mengubah perilaku mereka
7.
Menegakkan struktur dan batas-batas suatu sesi
8.
Menolong klien menemukan jalan untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka
dan menolak untuk menyerah begitu saja, bahkan pada saat klien menjadi
kehilangan semangat[2]
F.
Kelebihan dan Kekurangan dari Terapi Realitas
1.
Kelebihan
a.
Jangka waktu terapi relatif pendek
b.
Klien diharuskan dapat mengevaluasi tingkah lakunya sendiri
c.
Pemahaman dan kesadaran tidak cukup, tetapi klien ditunutut untuk
melakukan tindakan atas komitmen yang telah ia buat
2.
Kekurangan
a.
Tidak memperhatikan dinamika alam bawah sadar manusia
b.
Di satu sisi terapi ini juga memandang peristiwa masa lalu sebagai
penyebab dari peristiwa sekarang
G.
Teknik dan Prosedur Terapi Realitas
Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara
verbal. Prosedur-prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan
potensi-potensi klien yang dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan
usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam hidup. Dalam membantu klien untuk
menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik
sebagai berikut:
1.
Terlibat dalam permainan peran dengan klien
2.
Menggunakan humor
3.
Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun
4.
Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi
tindakan
5.
Bertindak sebagai model dan guru
6.
Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi
7.
Menggunakan “terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang layak untuk
mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis
8.
Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang
lebih efektif
Contoh
penerapan : Terapi realitas
memiliki implikasi-implikasi langsung bagi situasi-situasi sekolah; Mawar
(bukan nama yang sebenarnya) adalah seorang siswa SMA swasta di Jogja kelas 3
yang sebentar lagi akan menghadapi UN. Seperti siswa pada umumnya, Mawar pun
menginginkan lulus dengan nilai terbaik dan diterima di Perguruan Tinggi
Negeri. Namun perilaku Mawar tidak menunjukkan adanya usaha untuk meraih itu
semua. Ia pun sering mengikuti les yang diadakan disekolahnya dan sering keluar
pada jam mata pelajaran ketika seorang guru BK menanyai persiapannya untuk
menghadapi UN tidak perlu persiapan, asalkan kita punya relasi dengan siswa
lain. Dengan relasi ini kita bisa saling bertukar jawaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar