Sejarah dan Latar belakang bimbingan dan konseling
·
Perkembangan
bimbingan dan penyuluhan pada umumnya
Pada tahun 1908 di Boston oleh Frank Parsons di dirikanlah suatu
biro yang dimaksudkan untuk mencapai evisiensi kerja, dan beliaulah yang
mengemukakan istilah atau pengertian tentang “vocational guidance” , yang
meliputi “vocational choice, vocational placement” dan “vocational training”
yang diharapkan akan adanya efisiensi dalam lapangan pekerjaan. Dan beliau pula
yang mengusulkan agar masalah “vocational guidance” dimasukan dalam kurikulum
sekolah.
Bimbingan dan
penyuluhan tidak saja terbatas dalam pengertian bimbingan dan penyuluhan dalam
lapangan pekerjaan (vocational guidance) tetapi juga dalam lapangan pendidikan
dan juga dalam lapangan kepribadian. Demikian juga lapangannya tidak hanya
terbatas pada biro-biro penempatan kerja, tetapi juga menembus dalam
lapangan-lapangan industri, sekolah-sekolah, dalam lapangan ketentaraan. [1]
·
Di Indonesia
Kegiatan bimbingan pada hakikatnya telah berakar dalam seluruh
kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia. Berikut ini akan dibahas mengenai
perkembangan usaha bimbingan dalam
pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan, dekade 40-an, dekade 50-an, dekade
60-an, dekade 70-an, dan dekade 80-an.
Sebelum kemerdekaan
Masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan Belanda dan
Jepang, kehidupan rakyat Indonesia berada dalam cengkeraman penjajah:
Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penjajah. Para siswa di didik
untuk mengapdi kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini upaya bimbingan
sudah tentu diarahkan bagi perwujudan tujuan pendidikan masa itu yaitu
menghasilkan manusia pengabdi penjajah. Akan tetapi rasa nasionalisme rakyat
Indinesia ternyata sangat besar dan tebal, sehingga upaya penjajah banyak mengalami
hambatan.
Dekade 40-an:perjuangan
Dalam bidang pendidikan, pada dekade 40-an lebih banyak ditandai
dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui
kegiatan pendidikan serba darurat maka pada saat itu diupayakan secara bertahan
memecahkan masalah besar tadi antara lain melalui pemberantasan buta huruf.
Tetapi yang lebih mendalam adalah mendidik bangsa Indonesia agar memahami
dirinya sebai bangsa yang merdeka : sesuai dengan jiwa Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945. Hal ini pulalah yang menjadi fokus utama dalam
bimbingan pada saat itu.
Dekade 50-an: Perjuangan
Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam
berbagai kegiatan pendidikan. Upaya
membantu siswa dalam mencapai prestasi lebih banyak dilakukan oleh para guru
kelas atau di luar kelas. Akan tetapi pada hakikatnya bimbingan telah tersirat
dalam pendidikan dan benar-benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa di
sekolah agar dapat berprestasi meskipun dalam situasi yang darurat.
Dekade 60-an: peritis
Memasuki dekade 60-an situasi politik kurang begitu menguntungkan
dengan klimaksnya pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1965. Akan tetapi, dalam
dekade ini pula lahir Orde Baru tahun 1966, yang kemudian meluruskan dan
menegakkan, serta sudah mulai mantap dalam merintis kearah terwujudnya suatu sistem pendidikan nasional.
Beberapa peristiwa penting dalam bidang pendidikan diantaranya :
1.
Ketetapan MPRS
tahun 1966 tentang Dasar Pendidikan Nasional.
2.
Lahirnya
kurikulum SMA Gaya Baru 1964, dengan keharusan
pelaksaan bimbingan dan konseling (Bimbingan dan Penyuluhan)
3.
Lahirnya
kurikulum 1968
4.
Kelahiran IKIP
sebagai perpaduan dari IPG dan FKIP berdasarkan Keputusan Presiden No. 1/1963.
5.
Lahirnya
jurusan Bimbingan dan Konseling di IKIP
tahun 1963.
Keadaan
di atas memberikan tantangan bagi keperluan layanan bimbingan dan konselaing di
sekolah sebagai salah satu kelengkapan sistem. Disinilah timbul tantangan untuk
mulai merintis pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang berprogram dan
terorganisasi dengan baik. Beberapa upaya perintisan yang telah
dilakukan,yaitu:
1.
Anjuran dan
para pengelola agar sekolah- sekolah melaksanakan bimbingan dan konseling.
2.
Dibukanya
jurusan bimbingan dan konseling pada beberapa IKIP dan masuknya mata kuliah
bimbingan dan konseling di IKIP.
3.
Penyelenggaraan
penataran bagi para petugas atau calon petugas bimbingan dan konseling di
sekolah.
4.
Gerakan
memasyarakatkan perlunya bimbingan dan konseling di sekolah.
5.
Publikasi
kepustakaan yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling.
Dekade 70-an: Penataan
Setelah dirintis dalam dekade 60-an, bimbingan dicoba penataannya
dalam dekade 70-an. Dalam dekade ini bimbingan diupayakan aktualisasinya
melalui penataan legalitas sistem : konsep, dan pelaksanaannya.
Kelahiran Orde Baru telah banyak
menyadarkan bangsa Indonesia akan kelemahan di masa lampau dan kesediaan
memperbaiki di masa yang akan datang melalui pembangunan. Repelita pertama
mulai di canangkan dan di laksanakan dalam awal dekade ini, dan di lanjutkan
dalam dekade-dekade selanjutnya. Pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan
salah satu penunjang pembangunan nasional.
Pembangunan pendidikan, terutama diarahkan kepada pemecahan masalah
utama pendidikan, yaitu : (1) pemerataan kesempatan belajar, (2) mutu , (3)
relevansi , dan (4) efisiensi.
Beberapa upaya kegiatan penataan bimbingan selama dekade ini,
yaitu:
1.
Pemantapan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kurikulum 1975. Karena
pada dasarnya kurikulum 1975/1976 merupakan legalitas layanan bimbingan dan konseling
di sekolah
2.
Kegiatan
penataran bagi berbagai pihak yang terlibat: dalam bimbingan dan konseling
mulai dari tingkat nasional sampai ke daerah.
3.
Pemantapan
layanan bimbingan dan konseling untuk meninjang inovasi di PPSP
4.
Adanya program
darurat dalam upaya pengadaan tenaga bimbingan dan konseling antara lain PGSLP
yang di sempurnakan
5.
Pemantapan
kurikulum jurusan bimbingan dan konseling pada LPTK.
6.
Mulai di buka
program Pasca Sarjana untuk bidang, bimbingan dan konseling (di IKIP Bandung
tahun 1977).
7.
Perintisan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi.
8.
Kelahiran IPBI
(Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia) di Malang bulan Desember 1975, sebagai
wadah para petugas bimbingan.
9.
Berbagai
kegiatan seminar dan lokakarya dalam bimbingan baik tingkat Internasional,
Nasional , maupun Ragional/lokal
10.
Penelitian-penelitian
dalam bidang bimbingan atau bidang-bidang lain yang relefan oleh Balitbang
Dikbud, perguruan tinggi, lembaga, organisasi, ataupun perseorangan.
Dekade 80-an: Pemantapan
Setelah melalui
penataan dalam dekade 70-an, maka dalam dekade 80-an ini bimbingan diupayakan
agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan
bimbingan yang profesional. Maka,
upaya-upaya dalam dekade 80-an lebih mengarah kepada profesionalisasi yang
lebih mantap.
Dalam dekade 80-an
pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai dengan menuju
lepas landas. Repelita ini lebih menekankan pada hasil manusia pembangunan yang
lebih mandiri yang peka perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta peka
pula akan pertumbuhan bangsa.
Beberapa upaya
dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini, yaitu:
1.
Penyempurnaa
kurikulum (dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984).
2.
Penyempurnaa
seleksi mahasiswa baru (sipenmaru) baik melalui PMDK maupun ujian tulis.
3.
Profesionalisasi
tenaga kependidikan dalam berbagai tingkat dan jenis (antara lain dengan akta
mengajar).
4.
Penataan
perguruan tinggi baik negri maupun swasta (misalnya dengan PP5/1980, NKK,
wawasan, almamater, dan sebagainya).
5.
Pelaksanaan
wajib belajar.
6.
Pembukaan
Universitas terbuka sebagai sarana perluasan kesempatan belajar.
7.
Lahirnya
Undang-Undang Pendidikan Nasional..
Di dalam dekade 80-an, bimbingan perlu dimantapkan secara
profesional dan proposional.
Beberapa upaya yang dilaksanakan,
yaitu:
1.
Upaya
penerangan bimbingan terpadu dalam pengelolaan dan layanan.
2.
Penekanan
layanan bimbingan karir dalam keseluruhan layanan bimbingan baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
3.
Penyempurnaan
sistem penataran para petugas di lapangan.
4.
Penyempurnaan
kurikulum jiwa bimbingan konseling yang lebih mengarah kepada pencapaian
kompetensi profesional.
5.
Penataan dan
peningkatan Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) sebagai wadah organisasi
para petugas bimbingan melalui penataan kedalam dan kerjasama, baik vertikal
maupun horizontal, baik nasional maupun internasional.
6.
Penyelenggaraan
seminar dan lokakarya yang lebih profesional, baik tingkat nasional maupun
internasional . dengan melihat uraian di atas, maka dalam dekade 80-an dan
selanjutnya bimbingan akan makin mantap posisinya dalam bidang pendidikan.
Bimbingan
berdasarkan Pancasila
Bimbingan
mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan bangsa
Indonesia secara keseluruhan. Sjak sebelum kemerdekaan , setelah kemerdekaan
apalagi pada era penbangunan nasional, bimbingan mempunyai peranan dalam upaya
mewuludkan manusia-manusia Indonesia.
Bimbingan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan mempunyai tanggung
jawab yang amat besar dalam mewujudkan manusia Pancasila. Karena itu seluruh
kegiatan bimbingan di Indonesia tidak lepas dari Pancasila baik secara
konseptual mauoun operasional.
Konsep-konsep
bimbingan yang bersumber dari luar perlu dikaji untuk dapat di akomodasikan dan
di asimilasikan sesuai dengan pola-pola
asas Pancasila. Suatu disiplin bimbingan yang khas Indonesia dan dapat di
pertanggung jawabkan secara ilmiah dan profesional.
Hakikat
bimbingan berdasarkan pancasila adalah keseluruhan upaya bimbingan yang
bertitik tolak dari manusia pancasila, dilaksanakan oleh pembimbingan
pancasila, untuk membantu terbimbing dalam mewujudkan diri sebagai manusia
pancasila, dan berlangsung melalui proses, dan suasana yang sesuai dengan
pancasila.
Unsur-unsur
pokok yang tersirat seperti pembimbing, terbimbing, sarana dan lingkungan, Sebaiknya bersumber dan bermuara pada pancasila.
·
Pengertian
Bimbingan
Berdasarka Pasal 27 Praturan Pemerintah Nomor 29/90, “Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan, dan mereencanakan masa depan.” (Depdikbud, 1994).
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta
didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menwerimanya
secara positif dan dinamis. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungannya
dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan, baik
lingkungan sosial maupun lingkungan fisik, dan menerima berbagai kondisi
lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan tersebut
meliputi lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat,
lingkungan alam sekitar serta “lingkungan yang lebih luas”. Bimbingan dalam
rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu
mempertimbanagkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri,
baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, maupun bidang
budaya/keluarga/kemasyarakatan.
Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan
kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut
dapat memahami didinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan
dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah , keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Bimbingan
membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebai makhluk
sosial. (Rohman natawidjaja)
Menurut Muh. Surya, bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan
yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang di bimbing agar
tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai
tingkat perkembangan yang optimal dan
penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Menurut Rayetno, bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada
individu atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi
pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang
dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: mengenal diri sendiri dan
lingkungannya,. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan
dinamis, mengambil keputusan, mengarahkan diri, dan mewujudkan diri.
·
Pengertian
konseling
Konseling sebagai terjemahan dari “Counseling” merupakan
bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik. “Layanan
konseling adalah jantung hati layanan bimbingan secara keseluruhan (counseling
is the heart of guidance)”, (Sukardi, 1985:11). Dan Ruth Strang menyatakan
bahwa: “Counseling is a most important tool of guidance”. Jadi konseling
merupakan inti dari alat yang paling penting dalam bimbingan.
Menurut Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa : konseling
merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan.
Konseling juga diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu,
dimana yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk
mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan
masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Muh.Surya, mendefinisikan bahwa : konseling merupakan upaya bantuan
yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan
diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pad masa yang akan datang. Pada
umumnya menentukan konsep diri mengenai
beberapa hal yaitu: dirinya sendiri, orang lain, pendapat orang lain tentang
dirinya , tujuan-tujuan yang hendak dicapai, kepercayaan.
Prayetno mengemukakan: konseling adalah pertemuan empat mata antara
klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik , dan human
(manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma-norma yang
berlaku.
Dengan membandingkan pengertian tentang konseling yang yang
dikemukakan pakar di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa konseling
merupakan suatu bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antar
koselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi),
yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang
berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki
tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar