I.
PENDAHULUAN
Psikologi
Sosial adalah psikologi dalam konteks sosial. Seperti yang telah kita ketahui,
psikologi adalah ilmu tentang perilaku, sedangkan sosial di sini adalah
interaksi antar individu atau antar kelompok dalam masyarakat. Jadi psikologi sosial
dapat diterapkan dalam konteks keluarga, sekolah, teman, kantor, politik,
Negara, lingkungan, organisasi dan sebagainya. Psikologi sosial tidak
mempelajari perilaku yang tidak kasat mata dan tidak terukur. Dengan demikian,
psikologi sosial menghubungkan aspek-aspek psikologi sosial dari perilaku
sosial dengan proses dan struktur kognitif yang lebih mendasar.
Atas dasar
itulah, maka kelompok dan dinamikanya menjadi pokok bahasan yang penting dalam
psikologi sosial. Dalam kehidupan, individu tak pernah lepas dari kelompok
ketika individu lahir, ia adalah bagian dari kelompok kecil yang dinamakan
keluarga. Selanjutnya, individu menjadi anggota dari berbagai kelompok di
lingkungan rumah, sekolah, tempat kerja, dan di tengah masyarakat. Individu
beraktivitas dan berkembang bersama orang-orang di dalam kelompok. Hal itu
menimbulkan terjadinya saling mempengaruhi antara individu dan kelompok.
Individu mendefinisikan diri berdasarkan kelompoknya dan bahkan kerap
kehilangan keunikan diri karena membaur dalam kelompok.
Oleh karena
itu, pembahasan Individu dalam Kelompok akan menjadi suatu modal atau bekal
yang sangat penting bagi kita untuk dapat hidup dalam komunitas sosial yang
dapat dipersempit dengan komunitas-komunitas kecil yang ada di lingkungan
sekitar. Maka penulis dalam makalah ini akan menjelaskan sedikit tentang
mengenai pengertian kelompok, jenis-jenis kelompok, ciri-ciri, serta pengaruh
dan perilaku kelompok.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apakah Pengertian Dari Kelompok ?
B.
Bagaimana Proses dan Dasar Pembentukan Kelompok?
C.
Apakah Manfaat Kelompok Bagi Individu ?
D.
Apakah Alasan Individu Bergabung Didalam
Individu ?
E.
Bagaimana Pengaruh Kelompok Terhadap Tingkah
Laku Individu ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dari Kelompok
Dalam kehidupan dapat kita
amati dalam masyarakat terdapat adanya kelompok-kelompok tertentu yang
jumlahnya sangat banyak, kelompok satu
dengan lainnya berbeda. Menurut Show (1979) kelompok ialah “as two or
more people who interact with and influence one other”, yakni satu atau dua
orang yang anggotanya saling berinteraksi satu dengan yang lain, dan karenanya
saling mempengaruhi. Menurut Baron,Branscombe,&Byrne kelompok
yaitu Sekumpulan orang yang merasa terikat dalam unit koheren pada beberapa
tingkatan. Menurut Vaughan & Hogg Kelompok yaitu Dua orang atau lebih yang
berbagi definisi dan evaluasi yang serupa tentang diri mereka dan bersikap
berdasarkan definisi tersebut.
Berdasarkan
definisi tersebut,dapat disimpulkan bahwa di dalam kelompok mempunyai hal-hal
berikut :
1.
Sekelompok orang (dua atau lebih)
2.
Mempersepsi dan dipersepsi sebagai satu kesatuan
3.
Ada interaksi antaranggota
4.
Ada saling ketergantungan satu sama lain
5.
Memiliki tujuan bersama
6.
Anggota kelompok merasa dirinya sebagai bagian dari kelompok
Kelompok mempunyai ciri-ciri, yaitu
tujuan, struktur, dan groupness.
Macam-macam kelompok,
antara lain:
1. Kelompok primer
Kelompok primer ialah
kelompok yanng mempunyai interkasi sosial yang cukup intensif, cukup akrab,
hubungan antara anggota satu dengan yang lain cukup baik. Kelompok ini juga
sering disebut face to face group, anggota kelompok satu sering bertemu
dengan kelompok lain, sehingga para anggota kelompok satu sering bertemu dengan
kelompok yang lain, sehingga para anggota kelompok salinng kenal mengenal
dengan baik. Misal keluarga, kelompok belajar.
2. Kelompok sekunder
Kelompok sekunder
ialah kelompok yang mempunyai interaksi yang kurang mendalam
bila dibandingkan dengan kelompok primer. Hubungan antara anggota satu dengan yang
kurang mendalam, karenanya hubungan anggota satu dengan anggota yang lain agak
renggang, tidak seintensif seperti pada kelompok primer. Hubungan pada kelompok
sekunder lebih bersifat formal, objektif, atas dasar logis rasional, kurang
bersifat kekeluargaan, sedangkan pada kelompok primer hubungannya justru
sebaliknya, lebih bersifat informal, subjektif, atas dasar perasaan dan dasar
kekeluargaan.[1]
Ciri-ciri kelompok yaitu :
1. Terdapat dorongan(motiv) yang sama pada individu-individu yang menyebabkan tejadinya
interksi kearah tujuan yang sama.
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu individu
yang satu denga yanng lain berdasarkan reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapan
yang berbeda antara individu yang terlibat didalamnya. Oleh karena itu lambat
laun mulai terbentuk pembagian tugas serta struktur tugas tugas tertentu
dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan yang sama itu. Sementara itu mulai
pula terbentuk norma-norma yang khas dalam interaksi kelompok kearah tujuannya
sehingga mulai terbentuk kelompok sosial dengan ciri-ciri khas.
3. Pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas dan terdiri
atas peranan-peranan dan kedudukan yang lambat laun berkembang dalam usaha
pencapaian tujuannya.
4. Terjadinya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota
kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan kelompok dalam merealisasikan
tujuan kelompok[2]
Komponen Utama dalam Kelompok
Kelompok
memiliki struktur. Struktur kelompok ini dapat mempengaruhi tingkah laku
individu yang menjadi anggotanya atau individu lain di luar kelompok. Struktur
kelompok terdiri atas :
1. Peran
Menurut Baron dkk.2008 Peran adalah serangkaian perilaku
yang diharapkan untuk dilakukan oleh individu (atau kelompok individu) yang
menempati posisi tertentu di dalam grup. Sedangkan Menurut Vaughan &
Hogg.2005 Peran adalah dirancang dengan spesifik untuk membedakan di antara
orang-orang dalam grup untuk kebaikan grup itu secara keseluruhan.Membantu
untuk menjelaskan tanggung jawab dan kewajiban anggota grup.
Maka dapat disimpulkan bahwa peran adalah serangkaian
tingkah laku yang dijalankan dan atau diharapkan dijalankan oleh anggota
kelompok yang memiliki posisi tertentu di dalam kelompok sehingga membedakan ia
dari anggota lain yang memiliki posisi berbeda.
Peran muncul karena kelompok terdiri dari kumpulan individu
yang punya fungsi berbeda-beda,sesuai dengan posisinya.Dengan demikian peran
berfungsi untuk membedakan anggota kelompok berdasarkan tanggung jawab
masing-masing.Peran juga membantu menciptakan lingkungan yang stabil dan
memberi informasi tentang apa yang seharusnya dilakukan di dalam kelompok serta
tentang siapa kita di dalam kelompok dalam hubungannya dengan anggota lain.
Konflik peran : kondisi ketika berbagai tuntutan di dalam
peran seseorang yang bertentangan (intraperan) atau ketika tuntutan dari
berbagai peran yang dimiliki seseorang saling bertentangan satu sama lain(antar
peran) (Burn, 2004).
2. Status
Status adalah posisi seorang anggota kelompok di dalam hierarki
kelompok berdasarkan prestasi,penghormatan,atau keistimewaan yang membedakan
dirinya dengan anggota lain di dalam kelompok.
Status terjadi karena adanya perbedaan peran di dalam
kelompok.Ada peran-peran yang pemegangnya lebih dihormati dibandingkan yang
lain.Status terdiri atas dua jenis,yaitu status yang diwariskan (ascribed status) dan status yang
diusahakan (achieved status).Status
yang diwariskan adalah status yang diberikan kepada individu karena ia memiliki
karakteristik yang menurut kelompok berharga dan prestisius.Sedangkan status
yang diusahakan diperoleh individu karena ia melakukan sesuatu yang penting
dalam mencapai tujuan kelompok atau berkorban untuk kelompok.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan diraihnya status
tinggi seseorang di dalam kelompok menurut penelitian (Vaughan dan
Hogg,2005;Baron dkk,2008) :
a. Ukuran tubuh.Laki-laki dan perempuan
yang lebih tinggi cenderung dipilih menjadi pemimpin.
b. Memiliki atribut-atribut yang
penting bagi kelompok,baik sifat maupun penampilan,atau atribut lain seperti
jenis kelamin,etnisitas,dan pekerjaan.
c. Usia.Anggota yang senior,lebih besar
kemungkinannya memegang status yang tinggi.
d. Kemampuan individu dalam menangani
tugas kelompok dan berinisiatif melakukan sesuatu yang menguntungkan kelompok.
3. Komunikasi di dalam Kelompok
Komunikasi di dalam kelompok biasanya membentuk jejaring
yang menentukan siapa berkoordinasi dengan siapa.Jejaring komunikasi bisa
terpusat (centralized) atau tersebar (decentralized).Jejaring komunikasi
terpusat terbentuk ketika anggota kelompok harus menghubungi seorang tokoh
sentral untuk berkomunikasi dengan anggota lain.Sedangkan jejaring komunikasi
tersebar terbentuk ketika informasi mengalir di antara anggota kelompok tanpa
harus melalui tokoh sentral.
Komunikasi juga bisa berbentuk secara formal dan informal. Jejaring
komunikasi formal dirancang dan disediakan oleh kelompok,seperti memo internal
dan rapat mingguan.Sementara jejaring komunikasi informal adalah jejaring
komunikasi yang tidak resmi,seperti grapevine(saluran tempat berlalu-lalang
gosip,rumor dan informasi tidak resmi lainnya).
Iklim Komunikasi di dalam Kelompok. Selain struktur
komunikasi,iklim komunikasi juga berperan penting dalam mempengaruhi tingkah
laku anggota kelompok.Iklim komunikasi dapat bersifat suportif(kooperatif) dan
defensif(kompetitif).Jika iklim komunikasi yang berkembang membuat anggota
kelompok merasa bebas untuk berkomunikasi secara jujur dan komunikasi ditujukan
untuk membahas kerja kelompok,maka berarti iklim komunikasi suportif tengah
berlangsung.Sedangkan jika iklim komunikasi yang berkembang membuat anggota
kelompok saling tidak percaya,dan saling bersaing,maka iklim komunikasi
defensif sedang berlangsung di dalam kelompok itu.
4. Norma
Norma adalah
aturan yang disepakati bersama tentang apa yang seharusnya dan tidak seharusnya
dilakukan oleh anggota kelompok.Norma memiliki beberapa fungsi (Burn, 2004) :
a. Mengatur tingkah laku anggota
kelompok sehingga kelompok dapat berfungsi secara efisien dalam mencapai
tujuan.
b. Mengurangi ketidakpastian karena
individu tahu apa yang diharapkan dari dirinya di dalam kelompok.
c. Membedakn kelompok dengan kelompok
lain,termasuk anggota kelompok dengan nonanggota,sehingga memudahkan
terbentuknya identitas kelompok.
5. Kohesivitas
Kelompok
Kohesivitas
kelompok adalah faktor-faktor yang dimiliki kelompok yang membuat anggota
kelompok tetap menjadi anggota sehingga terbentuklah kelompok.Kohesivitas
penting bagi kelompok karena ia yang menyatukan beragam anggota menjadi satu
kelompok.Festinger,Schachter,dan Back (1950) mengemukakan bahwa kohesivitas
dipengaruhi oleh kemenarikan kelompok dan anggotanya serta sejauh mana kelompok
bisa memenuhi kebutuhan atau tujuan individu.Terbentuknya kohesivitas
selanjutnya akan memengaruhi tingkah laku anggota,sperti melanjutkan
keanggotaan di dalam kelompok serta patuh pada norma kelompok.
6. Sosialisasi
Kelompok
Sosialisasi
kelompok adalah bagaimana kelompok berubah dari waktu ke waktu karena
anggotanya berinteraksi sehingga terjadi perubahan struktur hubungan dan peran
di dalam kelompok.[3]
B.
Proses dan Dasar Pembentukan Kelompok
Kelompok ialah suatu
keadaan yang dialami oleh seseorang dengan alasan untuk mengelompokan dirinya
dengan sesamanya untuk mencapai suatu tujuan bersama, dan dengan tujuan itu
mungkin tak dapat dicapai sendiri dengan usahanya. Adapun proses dan dasar-dasar pembentukan kelompok yaitu:
1. Dasar psikologis
2. Dasar pedagogis
Yakni bahwa dengan
terbentuknya kelompok dapat ditingkatkan taraf perkembanganya kepribadian
seseorang. Dengan adanya hubungan timbal balik dalam kelompok maka prestasi
idividu dapat ditingkatkan. Misalnya Rasa malu menjadi berani, sifat malas
menjadi rajin akibat disiplin keleompok yang terlatih
3.
Dasar didaktis
Kelompok memiliki nilai
didaktis, yang sebagi alat untuk menjadi perantara, penyampaian materi
yang baru kepada anggota, dan melalui kerja kelompok anggota dapat menguasai
suatu materi dengan jalan diskusi, sosial jawab secara singkat, melengkapi dan
sebagainya.
Dalam sebuah kelompok
terdapat norma-norma tingkah laku yang khas antara anggota kelompok yang mana
diharapkan dari semua anggota kelompok dalam kedaan yang berhubungan
dengan kehidupan dan tujuan interaksi kelompok, dengan norma kelompok memberi
pedoman mengenai tingkah laku mana dan sampai batas mana masih dapat diterima
oleh kelompok dan tingkah laku anggota yang mana tidk diperbolehkan lagi oleh
kelompok.[4]
C.
Manfaat Kelompok Bagi Individu
Seseorang bergabung dalam kelompok, tentunya
mempunyai maksud tertentu. Seseorang akan bergabung dengan kelompok tertentu
jika kelompok tersebut dirasakan memberikan mamfaat bagi individu
tersebut.Meski kelompok bisa membatasi independensi individu, namun individu di
manapun tetap saja menjadi anggota kelompok tertentu. Ini karena kelompok
memberikan mamfaat bagi individu. Menurut Burn (2004), kelompok memiliki 3
manfaat, yaitu:
1. Kelompok memenuhi keinginan individu
untuk merasa berarti dan dimiliki. Adanya kelompok membuat individu merasa
tidak sendirian, ada oprang lain yang membutuhkan dan menyayangi.
2. Kelompok sebagai sumber identitas diri.
Individu yang tergabung didalam kelompok bisa mendefinisikan dirinya, ia
menggali dirinya sebagai anggota suatu kelompok, dan bertingkahlaku sesuai
norma kelompok itu.
3. Kelompok sebagai sumber informasi
tentang dunia dan tentang diri kita. Adanya orang lain, dalam hal ini kelompok,
bisa memberi kita informasi tentang banyak hal, termasuk tentang siapa diri
kita.
Selain itu ada mamfaat lain yang cukup mendasar
yang membuat individu betah dalam berkelompok, yakni dukungan untuk mencapai
tujuan individu. Dengan berkelompok, individu akan merasa dan mengharapkan
bantuan dari aggota kelompok lainnya, setidaknya dukungan untuk mencapai hal
tersebut.[5]
D.
Alasan Individu Bergabung Didalam Kelompok
Sebagian besar
orang masuk kelompok mempunyai alasan tertentu, meskipun tanpa disadari. Secara
psikologis, orang masuk dalam kelompok setidaknya karena tiga alasan (Worchel
dan Cooper, 1983), yaitu:
1. Pada hakekatnya orang mempunyai kebutuhan
untuk berafiliasi.
2. Kelompok sering menjadi sumber
informasi.
3. Kelompok sering memberikan
hadiah. Alasan ini sering menjadi dasar kepindahan orang ke kelompok lain.[6]
E.
Pengaruh Kelompok Terhadap Tingkah Laku
Individu
Di dalam kelompok,individu juga
dapat mengalami pemalasan sosial dimana individu menjadi ‘malas’ ketika berada
di dalam kelompok. Kelompok membuat motivasi dan usaha individu berkurang. Fenomena
ini terjadi pada berbagai konteks dan tugas. Ada beberapa penyebab pemalasan
sosial yang dikemukakan para ahli,antara lain Geen (1991) yang mengemukakan
tiga sebab berikut :
1). Pemalasan Sosial
(social Loafing)
a. Output Equity. Pemalasan sosial
terjadi karena anggota kelompok beranggapan bahwa anggota kelompok cenderung
bermalas-malasan sehingga mereka mengira teman sekelompok mereka juga
bermalas-malasan. Akibatnya,mereka pun bermalas-malasan supaya sama.
b. Evaluation Apprehension. Pemalasan
sosial terjadi karean identitas individu menjadi tersamar(anonim) ketikas
berada dalam kelompok.
c. Matcing to Standard. Pemalasan
sosial terjadi karena tidak tersedia standar yang jelas untuk membandingkan
performa individu.
2).
Free-rider effect
Free rider adalah orang yang mengambil untung dengan
menggunakan fasilitas atau sumber daya milik umum, namun ia tidak mau
berkontribusi untuk merawatnya. Perbedaan antara free-rider effect dengan
social loafing adalah ada tidaknya kontribusi individu untuk kelompok. Pada
social loafing,individu masih berkontribusi meski sedikit. Sedangkan free-rider
sama sekali tidak memberi sumbangan apapun untuk kelompok.
Mengurangi
pemalasan sosial dan free-rider effect
1) Membuat hasil kerja
individual dapat segera dikenali.Kelompok atau pemimpin harus mebuat mekanisme
evaluasi yang mengikutsertakan hasil kerja individu anggota kelompom sebagai
bahan evaluasi.Selain itu harus dibuat standar performa yang jelas sebagai
acuan kerja individu maupun kelompok.
2) Meningkatkan komitmen
orang untuk sukses bersama.
3) Menegaskan nilai
pentingnya tugas yang dikerjakan.
4) Membentuk pandangan
bahwa yang dikerjakan setiap orang adalah unik,bukan sekedar ‘pengulangan’ atau
hal yang serupa tapi dikerjakan oleh orang lain.[7]
IV.
KESIMPULAN
Kelompok ialah “as two or more people who interact with and influence one
other”, yakni satu atau dua orang yang anggotanya saling berinteraksi satu
dengan yang lain, dan karenanya saling mempengaruhi. Kelompok mempunyai ciri-ciri, yaitu tujuan, struktur, dan groupness.
Macam-macam kelompok yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder.
Dalam kelompok juga ada dasar-dasar pembentukan kelompok, yaitu:
a)
Dasar psikologis
b)
Dasar pedagogis
c)
Dasar didaktis
Dalam
kelompok juga terdapat norma kelompok yaitu, pedoman-pedoman yang
mengatur perilaku atau perbuatan anggota kelompok, norma berada dan berlaku
dalam kelompok yang bersangkutan. Kelompok dengan caranya sendiri dapat
mempengaruhi individu, biasanya dengan norma atau aturan-aturan yang ada di
dalamnya. Kadang terbesit di kepala kita untuk melakukan
sesuatu, hanya saja karena terbentur aturan dalam masyarakat
(kelompok masyarakat) kita mengurungkan niat. Kemudian apa yang
terjadi kalau kita tidak mengindahkan aturan dalam kelompok?
Kemungkinan yang sering terjadi adalah dikucilkan dari
kelompok. Namun melalui norma inilah, kelompok dapat membentuk keteraturan di
dalamnya untuk menjaga stabilitas kelompok dan keamanan
anggotanya.
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang bisa kami
sampaikan sekiranya isi makalah ini dapat memberikan pemahaman
dan wawasan tentang materi Individu dalam Kelompok. Mohon maaf apabila ada
kesalahan menyampaaikan dalam makalah ini dan semoga makalah ini dapat
bermafaat bagi kita semua.
[6] Umi kulsum, dan Mohammad
Jauhar, Pengantar Psikologi Sosial, Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2014, Hal. 155
Tidak ada komentar:
Posting Komentar